(oleh : Salman Ardy)
Menilik kembali sejarah, ketika 28 oktober 1928 para pemuda yang berjiwa besar dari sabang sampai merauke berkumpul untuk mengikrarkan sebuah sumpah suci yang hari ini kita kenal dengan Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda merupakan cerminan teguhnya komitmen persatuan, komitmen untuk mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang Indonesia Asli. Sebuah bentuk kesadaran kebangsaan bahwa hanya dengan persatuanlah kita mampu bangkit dari ketertindasan.
Belajar dari perjalanan sejarah terlebih dahulu, bahwa dengan kedatangan penjajah pribumi dibuat bagai buih ditengah lautan biru yang tecerai-berai. Dengan berbagai macam manufer yang digulirkan, keutuhan yang telah terbangun didalam wadah bumi nusantara dapat dihancurkan oleh penjajah.
Perjuangan yang dilakukan pribumi pada saat itu hanya sebatas perjuangan yang bersifat kdaerahan. Perjuangan jawa hanya untuk masyarakat jawa, pejuangan Sumatra hanya untuk pribumi Sumatra, bigtu pula yan trjadi di daerah-daerah lain. Hal ini tentunya sangat mudah diatasi oleh para penjajah, layaknya sapu yang tidak menyatu dalam satu ikatan yang kuat sehingga mudah dipatahkan. Kondisi demikian berlangsung begitu lama, hampir 300 tahun penjajahan berlangsung, ketertindasan pribumi pun berlangsung hamper enam kali turunan anak manusia.
Dengan ketertindasan yang dialami, tentunya kesadaran pribumi akan Harkat dan Martabat Hidupnya yang terinjak-injak tidak tumbuh dengan sendirinya. Berawal dari Budi Utomo yang melakukan pergerakan dalam bidang pendidikan, pribumi diberikan kesadaran akan Harkat dan Martabat Hidupnya yang tengah terinjak-injak. Pergerakan ini mengalami keterbatasan karena hanya bersifat informal dan mencakupi wilayah Jawa dan Madura. Namun perjuangan yang sarat dengan keterbatasan ini kemudian dilanjutkan oleh Ki Hajar Dewantara dengan membangun Taman Siswa. Dengan bermodalkan legitimasi dari parlemen Hndia Belanda, Taman Siswa pun bergerak secara formal dengan cakupan wilayah hingga mencakupi Nusantara. Perluasan wilayah pergerakan Ini tentunya memiliki alasan yang kuat, karena penderitaan akibat penjajahan tidak hanya dirasakan oleh orang jawa dan orang Madura. Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian, bahkan Malaysia dan Filipina pun ikut merasakan penderitaan tersebut.
Melalui pergerakan-pergerakan inilah timbul sebuah kesadaran didalam benak pribumi, sebuah kesadaran kebangsan yang menhunjung tinggi sebuh ukhuah. Hal ini kemudian terejawantahkan didalam butir-butir Sumpah Pemuda. Pernyataan pertama dalam Sumpah Pemuda ialah mengenai Tumpah Darah yang satu yakni Tanah Indonesia. Pernyataan ini tentunya tidak terlepas dari apa yang dialami pribumi sejak kedatangan para penjajah. Kehadiran penjajah telah mengakibatkan terlepsnya pribumi dari tanhnya. Culture stelsel yang mengatur tentang sistem tanam paksa menghendaki adanya kontrak tanah dengan Belanda. Kondisi ini secara tidak langsung mengharuskan pribumi untuk menyerahkan tanahnya kepada Belanda. Ketika tanah yang merupakan faktor utama dalam membangun kesejahteraan pribumi dirampas, pribumi pun mengalami kemiskinan yang berkepanjangan selama beratus-ratus tahun.
Pernyataan Tumpah Darah yang satu ini kemudian dilanjutkan jong-jong didalam butir kedua Sumpah Pemuda yaitu berbangsa yang satu yakni Bangsa Indonesia. Ikrar satu bangsa ini merupakan wujud nyata akan sebuah persatuan yang kokoh. Sebelum momentum Sumpah Pemuda, para pendiri bangsa pernah menjelaskan bahwa Jawa adalah bangsa, Sumatra adalah bangsa, Borneo adalah bangsa, Maluku adalah bangsa, namun dengan melihat perjalanan sejarah, Bangsa-bangsa yang masih tercerai-berai ini dengan mudah dipatahkan perjuangannya oleh penjajah. Oleh karena itu pernyataan satu bangsa, Bangsa Indonesia mengindikasikan lahirnya sebuah Bangsa besar yakni Bangsa Indonesia. Semuanya menyatu didalam satu ikatan kebangsaan yang kuat. Pernyataan-pernyataan ini kemudian ditutup dengan sebuah ikrar bahwa setiap anak Bangsa Indonesia menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Keberadaan Bahasa Indonesia sebagi bahasa persatuan tentunya sangat vital mengingat keberagaman bahasa di Bangsa Indonesia. Dengan menggunakan bahasa Indonesia persatuan dan keastuan bisa tetap terjaga.
Sumpah pemuda merupakan karya maha agung dari para pendiri bangsa. Oleh karena itu pemahaman prjalanan sejarah teramat sangat penting didalam proses pembangunan Bangsa ini kedepan, karena Bangsa yang besar adalah Bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya.